Beranekaragaman Makanan
yang terdapat di Indonesia memiliki keunikannya tersendiri di tiap daerah, ada
yang dapat ditemui setiap waktu dan ada yang hanya dapat ditemui di waktu
tertentu, seperti ada yang hanya dapat ditemui pada saat bulan Ramadan.
Makanan kudapan memang
tak lepas dari masyarakat Indonesia, kudapan di tiap daerah berbeda-beda,
memiliki ciri khasnya masing-masing, dan memiliki cara pembuatan yang berbeda
pula, misalnya kudapan Bakpia Bathok khas kota Yogyakarta, kue Cucur, kue
Mayang, dan sebagainya. seperti halnya di Kota Cirebon, tepatnya di Gunung Jati
yang memiliki kudapan yang khas dan hanya dapat ditemui pada bulan puasa
Ramadan.
Kue Jalabia khas Gunung
Jati ini bukan seperti kue jalabia khas kota Jakarta dan Bekasi pada umumnya
berukuran kecil dan bertekstur lembut pada bagian luar dan dalamnya, yang
membedakannya yaitu ukurannya yang besar
dan tidak memiliki lubang dibagian tengah atau cincin layaknya donat, dan itu
menjadi daya tarik tersendiri bagi para penikmatnya.
Cita rasa yang terdapat
pada kue jalabia yaitu manis dan gurih, untuk bagian luarnya kering renyah dan
pada bagian dalamnya bertekstur lembut dengan gula merah lumer.
Perbedaan Jalabia khas
Gunung Jati dengan khas Betawi
Jalabia khas Gunung Jati memiliki ukuran diameter yang lebih besar
dibandingkan dengan kue jalabia khas Betawi (kota Jakarta), bahkan ukurannya
bisa mencapai 3 kali lipat. Hal itu sangat menarik karena mendapatkan porsi
lebih ketimbang kue jalabia khas Betawi. Ukurannya yang besar sangat sesuai
dengan harga yang dibandrol yaitu Rp. 5.000 per satu buah.
Walaupun memiliki bentuk yang aneh atau unik, tetapi memiliki rasa yang
sangat lezat pada keseluruhan.
Cara dan bahan pembuatan hampir mirip dengan jalabia khas Betawi, namun ada
beberapa tambahan seperti pisang, bahan tambahan tersebut menjadi pembeda.
Yang menjadikan alasan jalabia gunung jati hanya ada pada bulan Puasa
Ramadan karena sudah turun-temurun pada silsilah turunan keluarga yang menjual jalabia
tersebut.
Anda dapat menemui jajanan tersebut di sekitar wilayah Gunung Jati di
pinggiran jalan dan hanya bisa ditemui pada bulan Ramadan.
Untuk bahan yang digunakan tidak mengandung bahan pengawet apapun sehingga,
hanya bertahan sekitar 2 Hari saja, jadi setelah membeli pastikan langsung di makan
selagi hangat. bila disimpan terlalu lama akan mengeras dan basi.
Kudapan tersebut cocok untuk dinikmati setelah menyantap makanan besar
ataupun hanya untuk sekadar camilan di kala waktu senggang, komposisi bahan
yang mengandung ketan bisa membuat perut cukup kenyang hanya dengan menyantap 3
porsi. Perlu diketahui juga bahwa kalori yang dikandung cukup besar sehingga
makanlah secukupnya karena dapat membuat badan gemuk jika dimakan secara
berlebihan.
Rata-rata orang yang telah mengetahui jajanan tersebut adalah orang yang tinggal
dekat dengan lokasi atau yang pernah mencicipi kemudian datang lagi untuk
membelinya di kemudian waktu.
Sebenarnya tidak hanya pada bulan Ramadan saja bisa ditemukan namun pada
hari biasa pun bisa, tetapi harus memesan minimal 100 pcs, karena bahan-bahan
yang dibutuhkan cukup banyak dan tidak dapat ditemui pada kota-kota lain selain
kota Cirebon, tepatnya di Gunung Jati.
Walaupun memiliki cita rasa yang sangat nikmat, Namun sangat disayangkan
sekali bahwa jananan khas tersebut kurang tenar bahkan di kota Cirebon sendiri
warganya pun masih banyak yang kurang mengetahui bahwa ada jananan unik yang
mempunyai cita rasa nikmat, seharusnya selain warga yang giat mempromosikan jajanan
unik tersebut, pemerintah juga harus ikut mendukung untuk mempromosikannya
terhadap turis atau wisatawan yang datang ke kota Cirebon sehingga dapat
dikenal oleh orang banyak.
Semoga dengan adanya artikel ini dapat menambah wawasan tentang makanan
unik yang ada di kota Cirebon.
0 comments:
Post a Comment